Banyak catatan dan kisah dari penggalan perjuangan ribuan tenaga kesehatan yang tergabung dalam 5 organisasi profesi yang menggelar aksi demo akbar secara damai di area Tugu Tani kawasan Monumen Nasional pada hari Senin, 8 Mei 2023. Perjuangan para nakes yang digelar kompak serentak di seluruh Indonesia begitu luar biasa. Pasalnya, untuk melawan “potensi” penghancuran terhadap penghormatan profesi tenaga kesehatan yang disebut-sebut sebagai garda terdepan penyelamat “nyawa” bangsa itu, lima organisasi profesi bidang kesehatan takkan pernah berhenti menolak pengebirian hak-hak dan potensi yang merugikan hak profesi mereka.

Tuntutan untuk dibatalkannya pembahasan RUU Omnibus Law Kesehatan yang saat ini tengah digodok DPR RI bersama Pemerintah Pusat menjadi gurita luar biasa dari ujung Papua sampai ke tanah rencong di Aceh. Komitmen nurani untuk memperjuangkan hak yang selama ini sangat diagungkan seluruh elemen bangsa sebagai penyelamat masa depan Indonesia (sering mengapung saat pandemi Covid-19), jika ditelisik banyak kisah dan kepiluan, di tengah semangat yang membara, berjuang bersama dalam kondisi apapun.

Salah satunya diperlihatkan sosok Dokter Adit, seorang dokter dari Kota Padang, yang nekad tetap berangkat ke Jakarta, walau dengan kondisi tubuhnya yang ringkih, terpincang-pincang, bahkan harus bergerak dengan kursi roda saat demo akbar ribuan nakes dari 5 organisasi profesi di Jakarta, Senin lalu.

Dokter Adit, yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Padang menjadi pusat perhatian dari banyak pihak, bahkan membuat kagum para peserta aksi seprofesinya, yang tetap bersuara lantang walau dengan kaki pincang akibat sakit yang dideritanya. Bahkan saat long march para peserta aksi damai, Dokter Adit terlihat berjalan dengan kondisi tidak normal, tangan kirinya diikat balutan alat dengan kondisi lemah. Kondisi kaki kirinya berjalan tidak sempurna dengan gerakan pincang, sesekali Dokter Adit dipegangi rekannya sesama peserta aksi.

Nekad ke Jakarta, Cari Pesawat Pekanbaru

Komitmen kuat untuk berjuang bersama rekan seprofesi yang diperlihatkan Dokter Adit, menjadi perhatian khusus Ketua IDI Wilayah Sumatera Barat, DR. Dr. Roni Eka Sahputra, SpOT(K)-Spine, yang langsung mendatangi sang dokter untuk berdiskusi. Dari diskusi terungkap, kuatnya komitmen Dokter Adit untuk berjuang bersama rekan seprofesinya sampai harus mencari pesawat ke Jakarta di Pekanbaru, “Beliau menempuh perjalanan darat dari Padang ke Pekanbaru lebih dari 8 jam untuk mendapatkan pesawat, karena di Padang tiket penerbangan sudah penuh,” ungkap Dr. Roni. “Apalagi kondisi terkini ruas jalan Padang-Pekanbaru yang dalam proses perbaikan, membuat perjalanan yang ditempuh sangat berat, apalagi dengan kondisi Dokter Adit. Salut saya.” ungkapnya.

Dokter Adit juga menceritakan kondisinya yang saat ini akibat penyakit yang dideritanya beberapa tahun yang lalu yang menyebabkan tangan dan kaki kirinya tidak berfungsi normal. Namun sang dokter tetap dengan “nada garang” bertekad bersama memperjuangkan upaya pembatalan RUU Omnibus Law Kesehatan tersebut.

Dokter Adit termotivasi berjuang bersama melawan proses pembahasan RUU Omnibus Law Kesehatan itu, setelah membaca isi RUU yang berpotensi merugikan masyarakat luas, salah satunya pemberlakuan Surat Tanda Registrasi (STR) seumur hidup, yang dampaknya akan buruk pada kualitas pelayanan tenaga kesehatan, termasuk perlindungan hukum bagi tenaga medis yang sedang bekerja yang terkesan tidak memiliki imunitas. Dokter lulusan Universitas Andalas itu bahkan menyebut, RUU Omnibus Law Kesehatan berpeluang melegalkan masuknya dokter asing tanpa saringan yang baik ke Indonesia yang jelas akan merugikan masyarakat.

Dokter Adit ikut menegaskan ikut bergabung dengan rekan seprofesinya se-Indonesia untuk berjuang bersama, selain satu komitmen dan visi yang sama dari seluruh anggota organisasi profesi kesehatan tersebut, dia juga terinspirasi kisah perjuangan Nabi Ibrahim dalam melawan kezaliman Raja Namrud, yang harus dibakar hidup-hidup. Namun dengan kuasa Allah, dibantu burung Pipit yang meneteskan air sedikit demi sedikit, bisa memadampkan api yang membara.

“Kita ibarat burung Pipit yang mencoba memadamkan upaya pengesahan RUU Omnibus Law Kesehatan yang saat ini masih terus dilakukan. Semoga DPR RI dan Pemerintah Pusat mendengar aspirasi kami,” ungkap Dokter Adit.

Editor: Harmen