Kanker adalah salah satu penyakit tidak menular dengan angka kematian yang tinggi. Estimasi data dari The International Agency for research on Cancer (IARC) menunjukkan bahwa insiden kanker menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun dengan estimasi kasus baru menjadi dua kali lipat pada tahun 2040.
Di Indonesia, insiden kanker juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian terbanyak ke-5 dengan angka kematian mencapai 200.000 jiwa per tahun (Data Kemenkes 2022). Kanker paru dan kanker payudara masih menjadi kasus kanker terbanyak yang terjadi di Indonesia. Hal ini menyebabkan pengobatan kanker masih menjadi beban kesehatan di Indonesia meskipun upaya pencegah dan kuratif telah dilaksanakan di pelayanan kesehatan.
Secara definisi, kanker adalah perubahan sel berupa pertumbuhan sel yang tidak terkontrol di dalam tubuh. Tubuh manusia terdiri atas jutaan sel berbeda yang saling berkoordinasi membentuk sebuah harmoni untuk menyokong kehidupan. Secara fisiologis, sel-sel yang banyak ini memiliki sebuah sistem pengontrolan dalam siklus hidupnya. Sel-sel yang keluar dari pengontrolan inilah yang akan berkembang menjadi sel kanker.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab timbulnya sel kanker disebabkan oleh multi faktor yang saling bersinergi dan mencetuskan perubahan sel. Faktor-faktor yang berperan antara lain faktor genetik, faktor eksternal seperti bahan kimia, infeksi virus ataupun gaya hidup. Sel-sel ini akan menjadi sel aneh yang dapat keluar dari siklus sel menjadikan sel ini dapat membelah diri secara tidak terbatas dan immortal. Sel ini juga memiliki kemampuan untuk dapat berpindah dan menginfiltasi ke organ lain serta melarikan diri dari respon imun tubuh.
Dalam manajemen terapi pasien kanker ada dua hal penting yang harus diketahui sebelum memulai pengobatan yaitu penentuan stadium serta jenis sel kanker. Sebagian besar stadium kanker mengikuti TNM staging system. T berupa ukuran tumor primer serta perluasan kanker dan infiltrasi ke organ sekitar, N adanya keterlibatan dan anak sebar ke kelenjar getah bening serta M berupa metastasis jauh ke organ lain. Tak kalah pentingnya adalah penentuan secara mikroskopik jenis sel yang berubah menjadi sel kanker. Pada keduanya ada peran dokter patologi anatomi (PA) yang sangat penting dalam diagnosis serta pemilihan terapi pasien kanker.
Diagnosis yang tepat dan presisi menjadi tanggung jawab dokter spesialis PA. Diagnosis yang tepat akan memandu dokter klinis untuk memilih terapi yang tepat untuk pasien kanker. Dokter spesialis PA akan menganalisis sampel yang dikirimkan dokter klinis di laboratorium. Sampel ini berasal dari tubuh manusia baik itu jaringan ataupun cairan untuk tujuan diagnostik dan terapeutik. Selain itu dalam menganalisis secara mikroskopik sampel jaringan, dokter PA juga dapat menentukan stadium patologi kanker. Setelah kedua hal tersebut jelas maka dokter klinisi dapat memulai terapi pasien kanker.
Saat ini sudah terdapat sekitar 30 orang dokter spesialis PA di Sumbar, akan tetapi sebagian besar terkonsentrasi di kota besar. Salah satu penyebabnya adalah belum tersedia sarana dan prasarana yang menunjang untuk praktik dokter spesialis PA di kota atau kabupaten tertentu karena dianggap RS belum membutuhkan layanan PA. Sehingga sebagian besar pasien kanker harus dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih besar.
Pengobatan kanker secara konvensional dapat berupa operasi, kemoterapi dan radioterapi. Saat ini terjadi perubahan dalam diagnostik dan terapi pasien kanker sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi, Hal ini memungkinkan para praktisi kesehatan mengetahui secara lebih detail kelainan molekuler yang mendasari munculnya sel kanker. Maka secara bertahap muncullah terapi lainnya berupa obat-obatan terapi target dan juga imunoterapi. Penggunaan obat-obat ini juga tak lepas dari peranan dokter spesialis PA, dimana sampel yang didapat dilakukan pemeriksaan molekuler yang lebih lanjut seperti pemeriksaan imunohistokimia (IHK), histokimia, PCR, insitu hybridization dan lainnya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kelainan molekular ataupun pemeriksaan milieu kanker yang sensitif terhadap obat-obat generasi terbaru. Saat ini pemakaian obat-obatan ini masih terbatas dikarenakan harganya yang relatif mahal dan belum semua masuk kedalam asuransi kesehatan yang ada di Indonesia meskipun secara evidence-based medicine obat-obatan ini dapat meningkatkan angka ketahanan hidup pasien kanker.
Terapi target menggunakan obat-obatan atau substansi lain yang secara presisi mengidentifikasi dan menyerang hanya sel kanker tanpa berdampak pada sel normal. Sebagai contohnya pasien kanker payudara setelah dilakukan biopsi akan dilakukan pemeriksaan histopatologi rutin dan diteruskan pemeriksaan IHK untuk menetukan subtipe molekuler. Hasil pemeriksaan IHK inilah yang mendasari manajemen terapi pasien kanker payudara selanjutnya. Sebagai contoh, pasien kanker payudara dengan pemeriksaan IHK didapatkan subtype HER2 positif maka pasien akan mendapat terapi obat anti HER2.
Akan tetapi seperti masalah kesehatan secara umum di Indonesia, pemeriksaan lanjutan PA ini masih terbatas di kota-kota besar dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemerintah diharapkan dalam pengadaan alat, bahan serta biaya pemeriksaan lanjutan PA secara molekular. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab tingginya biaya kesehatan pasien kanker dalam diagnostik dan pengobatannya.
Maka yang terpenting dalam mengeradikasi kasus kanker adalah melakukan edukasi pencegahan serta deteksi dini kanker. Dokter spesialis PA juga memiliki peranan dalam memberikan edukasi tentang proses patofisiologi kanker dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pencegahan serta mengenal gejala dan deteksi dini secara mandiri. Selain itu dokter spesialis PA juga diharapkan terlibat dalam deteksi dini kanker seperti pemeriksaan papsmear dan HPV untuk kanker serviks.
Kebutuhan dokter spesialis serta layanan PA tidak terelakkan lagi bagi seluruh daerah di Indonesia untuk menekan kasus kanker. Dokter PA diharapkan dapat bekerja sama lintas sektoral untuk melakukan pencegahan serta diagnostik pasien kanker pada stadium awal. Semakin cepat kasus kanker ditemukan maka pengobatan dan angka ketahanan hidup semakin baik serta kasus residif bisa ditekan. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua.
Penulis:
Dr. Zulda Musyarifah, Sp.PA, MIAC
Dokter Spesialis Patologi Anatomi
Leave A Comment